ORANG TUA LARANG ANAKNYA KE SEKOLAH
Orangtua Larang Anaknya ke Sekolah
Jum'at, 10 Desember 2010 - 21:09 wib
Rus Akbar - Okezone
Ilustrasi (Foto: Koran Sindo)
PADANG - Rasa trauma mendalam yang dialami masyarakat Dusun Pinairuk, Desa Saumanganyak, Kecamatan Pagai Utara, Mentawai, Sumatera Barat, membuat mereka tak merelakan anaknya masuk sekolah.
Mereka takut gempa dan tsunami terjadi lagi di sana.
Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Kata Fransiskus Sakeletuk, Kepala SDN 10 Saumanganyak, orang tua melarang anak sekolah karena jarak gedung sekolah dengan pantai sangat dekat.
“Lebih kurang 50 meter saja,” katanya di Posko Lumbung Derma Padang di Jalan Kampung Nias, Jumat (10/12/2010).
Dia sudah sering mengajak para murid tetapi orang tua murid tetap bersikukuh tak mengizinkan anaknya masuk sekolah.
Orang tua murid akan mengizinkan anaknya ke sekolah lagi jika pemerintah memindahkan lokasi sekolah itu jauh dari pantai, bila perlu di lokasi pengungsian saat ini.
“Mereka mau izinkan anak sekolah walau belajar di tenda tapi jauh dari laut sehingga anak-anaknya selamat jika tsunami datang lagi,” ujarnya.
Dia mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kekukuhan hati para orang tua murid.
“Saya paham karena saya pribadi juga masih trauma dengan peristiwa itu,” katanya.
Namun, hambatan proses belajar tak selesai sampai di situ. Alternatif membuat tenda darurat agar proses belajar mengajar lancar juga menemui kendala. Tenda besar yang diharapkan ternyata tak ada. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai tak memiliki tenda itu.
Langkah satu-satunya yang diambil dengan memaksa agar semua murid Kelas VI harus masuk karena Ujian Nasional sudah dekat.
“Itu menjadi prioritas kami, mereka harus belajar” katanya.
Namun walau tetap datang, rasa takut tetap tak bisa mereka sembunyikan. Memang murid lain ada yang ikut datang namun seakan masih enggan karena mereka hanya sekadar melihat dan kemudian pergi.
“Itulah problem yang terjadi saat ini” jelasnya.
Selain murid dan orang tuanya yang trauma, guru-guru juga masih sangat takut ke sekolah. Mereka tetap masuk pukul 08.00 WIB sesuai dengan instruksi dari Dinas Pendidikan Mentawai namun pulang lebih awal.
“Selain tak ada murid ditambah lagi rasa takut, makanya kadang pulang pukul 10.00 WIB,” jelasnya.
Secara garis besar, murid SD yang berjumlah 111 orang anak itu belum normal. lokal gedung sekolah yang lama hancur dihantam gempa dan tsunami. Hanya ada empat gedung baru yang dibangun pada 2009 dari DAK yang kondisinya juga acak-acakan.
Semua sarana belajar seperti buku pelajaran basah dan ada yang hanyut.
Kalau pemerintah setuju, gedung sekolah lama akan direlokasi ke tempat yang baru di Beu Bukku yang jaraknya dua kilometer dari pantai.
“Masyarakat sudah menawarkan lahan kok, bahkan banyak alternatif tempat yang ditawarkan, sekarang proses atasnya bagaimana,” jelasnya.
Pemerintah pusat telah menyediakan dana rehabilitasi untuk lima sekolah yang ada di Pagai Utara Selatan, yakni SDN 10 Saumanganyak, SDN 33 Betu Monga, SDN 31 Bulasat, SDN 04 Betu Monga, dan SD Katolik Filial Vincensius.
Masing-masing sekolah akan didanai sebesar Rp510 juta dengan perhitungan satu ruang belajar menghabiskan dana sebesar Rpp85 juta.
“Kami sudah ketemu dengan Dirjen Kementrian Pendidikan Nasional di Padang Rabu 24 November lalu, sekarang tinggal penyusunan gambar dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB),” katanya.
(lam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar